Credo, sebuah yayasan pendidikan non-profit yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitasdalam pendidikan anak Indonesia. Dengan visi "Indonesia yang sangat kreatif", Credo berupaya mencapai tujuan tersebut dengan cara mendidik para guru sekolah bagaimana berpikir kreatif serta bagaimana mengajarkan murid-murid mereka untuk berpikir secara kreatif pula.
Di sini Credo menekankan pentingnya menyadari bahwa kreatifitas tidak melulu merupakan hasil karya seni dan kerajinan. Lebih dari itu, kreatifitas adalah bagaimana menjadi pemikir aktif, bagaimana menemukan serta melaksanakan ide-ide baru dan efektif dalam menghadapai permasalahan yang muncul. Mungkin inilah yang perlu digarisbawahi di tengah-tengah 'kehebohan' isu-isu kreatif yang bermunculan terutama sepanjang bulan Agustus di kota Bandung ini, karena dasar dari perkembangan budaya, industri, maupun komunitas kreatif ini tentunya adalah kreatifitas itu sendiri.
Tiga pendekatan yang digunakan Credo dalam mengajarkan kreatifitas adalah manusia, proses, dan lingkungan. Ide-ide kreatif tentunya muncul setelah dipikirkan oleh manusia. Untuk menghasilkan sebuah ide kreatif dibutuhkan suatu proses berpikir kreatif pula. Selain itu, dibutuhkan lingkungan yang dapat mendorong terjadinya proses berpikir tersebut. Dari ketiga pendekatan ini, Credo mengajarkan kreatifitas melalui 18 kemampuan berpikir kreatif.
Pada pameran Arte-Polis 2 yang diadakan pada tanggal 8-9 Agustus 2008 lalu di Aula Barat dan sedang diadakan kembali mulai tanggal 12 Agustus 2008 s.d. 19 Agustus 2008 di Galeri Arsitektur ITB, Credo menampilkan simulasi permainan untuk mengajarkan kedelapan belas kemampuan tersebut. Melalui 18 set permainan, para pengunjung diajak untuk ikut berlatih berpikir kreatif, berpikir dengan cara yang lain, berpikir seperti anak kecil. Tertarik untuk mencoba? =)
Creative Education Indonesia Foundation dapat dihubungi pada alamat : yyncredo@gmail.com.
"sorry this web under maintenance"
0 comment:
Posting Komentar