Sayembara Rumah Malang-an

Sayembara Rumah Malang-an yang diadakan oleh Kantor Perumahan Kabupaten Malang, Fakultas Teknik Sipil ITN Malang dan REI Malang Raya telah mengumumkan pemenangnya pada 29 November lalu. Berikut sedikit review dari salah satu karya yang berhasil meraih juara ketiga pada sayembara ini.
Karya desain Ade Yudirianto ini yang mencoba menggabungkan isu budaya, sosial serta desain arsitektur dan menuangkannya ke dalam ruang tinggal rumah ini cukup berhasil mereinterpretasi konteks lokalitas rumah Malangan ke dalam konteks budaya kekinian. Organisasi ruang yang terstruktur jelas memisahkan hirarki ruang publik dan privat, alur aktifitas dan budaya Malang-an pun tidak pula dilupakan. Ekplorasi material juga turut memperkaya konteks lokalitas pada rumah karya Ade ini.
Satu hal yang menurut saya pribadi menjadi nilai tambah dari desain ini adalah kepekaan dari sang desainer tentang pentingnya sebuah ruang yang menentukan kualitas hidup, tentunya tanpa menghiraukan penampilan dari arsitekturnya itu sendiri.

Terlepas dari isu kualitas desain ini, ternyata ada isu lain yang lebih penting menurut dewan juri yang perlu dipertimbangkan, yang memang (seperti kata Ade) terkadang terlupakan Arsitek (meskipun menurut saya isu ini sangat debatable). Simak catatan beliau dibawah mengenai isu pembangunan (kota dan) desa ini yang terkadang terlupakan.

Sayembara Malangan : berdiri diantara kota dan desa
*oleh Ade Yudirianto



Ini adalah catatan tentang sayembara rumah khas malangan tanggal 29 Nov lalu....
Dewan juri yang berjumlah 9 orang akhirnya memutuskan tidak ada yang menduduki juara 1. Tidak ada nominator yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh TOR dan para juri. Keputusan ini tidaklah mengejutkan karena memang sebelumnya Josef Prijotomo memaparkan kesalahan utama para nominator; meletakkan kajian rumah pada setting kota padahal yang diminta adalah rumah khas KABUPATEN MALANG yang notabene berasal dari desa agraris. " Apakah dunia pendidikan arsitektur yang cenderung mengarahkan mahasiswanya terfokus pada kota ataukah publikasi mengenai desa sendiri yang kurang? " Berikut adalah pernyataan dari Josef P terhadap entry-entry sayembara yang masuk.

Sekalipun demikian, juara 2, 3 dan harapan tetaplah ada. Namun dengan catatan bahwa seluruh peserta tersebut haruslah mnyempurnakan konsep desain mereka, dimodali dengan hadiah juara 1 sebesar 7,5 juta. (kerja dua kali deh jadinya...).
Saya sendiri merasa tidak puas dengan hasil yang ada, baik dari karya pemenang maupun dari karya saya sendiri. Ketidak puasan ini semata-mata karena kelalaian terhadap memandang masalah kota dan desa. Dari sini saya belajar bahwa kadang kita (arsitek) seringkali berlaku tidak adil pada masyarakat desa. Terlalu asyik mengurusi kota sehingga kurang berkutik bila disodorkan masalah pedesaan.
Apakah desa akan ditinggalkan sehingga kota menjadi ajang berkumpulnya orang2? ataukah kita mulai melihat desa sebagai investasi masa depan saat keruwetan kota mengharuskan pemindahan dan perencanaan wilayah baru di masa yang akan datang. masalahnya adalah...apakah kita tetap akan menggunakan mindset city planning dalam mengolah desa-desa nantinya? seperti halnya peserta sayembara rumah Malangan yang mengambil sampel dari kota untuk dipakai di desa??

3rd prize award is enough for me....though i felt that the prize should be for the right person, not me....




Great job Ade.
Comments & critics are welcome.. or maybe you care to score it?

0 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Checkpagerank.net
"sorry this web under maintenance"