sebuah kasus penurunan kualitas kota
Venice, yang terbayang memang kota romantis khas Italia. Tapi sebenarnya citra itu hampir tinggal dalam lukisan saja. Karena pada kenyataannya Venice sempat (atau sedang) dalam keadaan ‘kurang sehat’. Hal ini disebabkan oleh terdorongnya dia menjadi world’s mass tourism destination. Ini dapat terjadi ketika sebuah tempat tujuan melampaui carrying capacity.
Dari sudut pandang pariwisata, venice sebenarnya mendekati titik merugi. Hampir semua pengunjung datang dari satu area masuk utama, melewati rute yang sama dan menuju satu tempat yang sama, menghabiskan beberapa jam untuk memotret, kemudian pulang. Uang yang dibelanjakan disana tidak seberapa dibandingkan efek buruk untuk kota. Ketidak-seimbangan informasi yang didapat sebelumnya membuat mereka hanya fokus pada plaza San Marco, Gondola dan Canal Grande. Congestion yang luar biasa membuat ruang-ruang kota tidak dapat diapresiasi dengan optimal.
Sedangkan masalah lain yang juga krusial adalah gentrifikasi yang mau tak mau terjadi. Penduduk lokal harus keluar dari kota karena harga properti melonjak tinggi dan ketidaknyamanan hasil keributan luar biasa yang disebabkan oleh jumlah wisatawan yang tidak terkontrol. Maka bangunan-bangunan di Venice kemudian dimiliki oleh orang-orang asing, dijadikan sebagai rumah liburan. Sebagian besar bangunan –selain museum- berubah fungsi dari rumah atau fungsi lain, menjadi fungsi yang homogen, yaitu hotel dan restoran. Hal ini berakibat yang terlihat disana adalah : Venice, sebuah kota yang didedikasikan untuk turis. Atau mungkin lebih mirip museum raksasa, tempat sebuah benda peninggalan sejarah dikonservasi dan dipamerkan.
Sebuah kekosongan yang memprihatinkan di malam hari, karena semua pekerja tinggal diluar kota. Perubahan pemukiman lokal pembuat kerajinan gelas Murano menjadi retail kerajinan gelas Murano karena kebanyakan produknya dibuat di Cina. Daily life yang menurun drastis membuat produksi kebudayaan kontemporer ikut menurun. Rupanya pemerintah Italia menyadari hal ini sebagai pertanda buruk. Terlihat dari langkah mereka mentasbihkan universitas sebagai generator pembangkit vitalitas kota. Universitas memang salah satu cara ampuh untuk menumbuhkan komunitas lokal. Komunitas lokal inilah yang pada akhirnya menjadi pabrik kebudayaan kontemporer, yang kemudian disusul dengan kesuksesan kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti pameran seni dan arsitektur bienalle.
Dari sudut pandang pariwisata, venice sebenarnya mendekati titik merugi. Hampir semua pengunjung datang dari satu area masuk utama, melewati rute yang sama dan menuju satu tempat yang sama, menghabiskan beberapa jam untuk memotret, kemudian pulang. Uang yang dibelanjakan disana tidak seberapa dibandingkan efek buruk untuk kota. Ketidak-seimbangan informasi yang didapat sebelumnya membuat mereka hanya fokus pada plaza San Marco, Gondola dan Canal Grande. Congestion yang luar biasa membuat ruang-ruang kota tidak dapat diapresiasi dengan optimal.
Sedangkan masalah lain yang juga krusial adalah gentrifikasi yang mau tak mau terjadi. Penduduk lokal harus keluar dari kota karena harga properti melonjak tinggi dan ketidaknyamanan hasil keributan luar biasa yang disebabkan oleh jumlah wisatawan yang tidak terkontrol. Maka bangunan-bangunan di Venice kemudian dimiliki oleh orang-orang asing, dijadikan sebagai rumah liburan. Sebagian besar bangunan –selain museum- berubah fungsi dari rumah atau fungsi lain, menjadi fungsi yang homogen, yaitu hotel dan restoran. Hal ini berakibat yang terlihat disana adalah : Venice, sebuah kota yang didedikasikan untuk turis. Atau mungkin lebih mirip museum raksasa, tempat sebuah benda peninggalan sejarah dikonservasi dan dipamerkan.
Sebuah kekosongan yang memprihatinkan di malam hari, karena semua pekerja tinggal diluar kota. Perubahan pemukiman lokal pembuat kerajinan gelas Murano menjadi retail kerajinan gelas Murano karena kebanyakan produknya dibuat di Cina. Daily life yang menurun drastis membuat produksi kebudayaan kontemporer ikut menurun. Rupanya pemerintah Italia menyadari hal ini sebagai pertanda buruk. Terlihat dari langkah mereka mentasbihkan universitas sebagai generator pembangkit vitalitas kota. Universitas memang salah satu cara ampuh untuk menumbuhkan komunitas lokal. Komunitas lokal inilah yang pada akhirnya menjadi pabrik kebudayaan kontemporer, yang kemudian disusul dengan kesuksesan kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti pameran seni dan arsitektur bienalle.
0 comment:
Posting Komentar