Sense of Place : kasus di La Boca, Buenos Aires, Argentina

Tentu saja Boca Junior menjadi salah satu hal pertama yang diasosiasikan kepada distrik ini, La boca. Sering juga disebut sebagai 'Little Italy', salah satu tempat tujuan wisata populer ini terletak di sebelah tenggara kota Buenos Aires, tidak jauh dari pelabuhan. La Boca dikenal sebagai tempat yang memiliki sense of place yang sangat kuat, dalam hal ini ‘cita-rasa’ mediteran yang sangat kental. Mulai dari ciri khas arsitekturnya, yaitu rumah-rumah warna-warni didominasi oleh bahan lembaran baja bergelombang, sampai dengan jenis restorannya yang sering di sebut ‘cantinas’. Caminito street museum merupakan jalan utama tempat pengunjung dapat merasakan suasana grup-grup penari Tango, pelukis dan pemusik jalanan yang semarak. La Boca yang juga berarti ‘mulut’ merupakan pemukiman pertama bangsa Italia yang bermigrasi ke Argentina. Hal ini menjelaskan mengapa ada kemiripan gaya arsitektural antara La Boca dengan Genova dan juga beberapa kota Itali bagian selatan sepanjang tepian laut mediteran. Sekarang distrik ini menjadi salah satu target revitalisasi yang dibiayai oleh pemerintah itali.

Dalam teori umum urban desain, ada tiga elemen utama dalam pembentukan sense of place, yaitu ketersediaan seting fisik, mempertegas citra dan eksistensi aktivitas di kawasan tersebut. Distrik -lengkap dengan blok-blok dan jalan utamanya-, ke-khasan warna-warni arsitektur dan aktivitas-aktivitas ekonomi berbasis pada seni ternyata terbukti dapat memenuhi persyaratan produksi sense of place pada kasus La Boca.

Fokus kita selanjutnya jatuh kepada contoh daerah di indonesia yang memiliki pola serupa. Yaitu daerah Seminyak di Bali. Koridor jalan yang sempit, bangunan rendah bergaya arsitektur bali, dan ritual keagamaan -selain aktivitas wisatawan- mampu membangun karakter lokal yang sangat kuat.

Jadi kira-kira daerah mana lagi yang dapat diterapkan pola serupa?